Monday 6 June 2011

Profil MA An-Nawawi

Pondok Pesantren An – Nawawi Berjan Purworejo


Pondok Pesantren An – Nawawi Berjan, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang
Kabupaten Purworejo didirikan pada tahun 1870 M oleh Al Marhum Al Maghfurlah
KH. Zarkasyi dengan nama “Mafatihul ‘Ulum“. KH. Zarkasyi adalah putra dari
Ky.Asnawi dan dilahirkan di desa Tempel Tanggul, Sidomulyo Purworejo. Beliau
memperoleh pendidikan agama sejak kecil dari orang tuanya, dan setelah
menginjak dewasa beliau meneruskan belajar di pesantren Bangil Jawa Timur.
Setelah beberapa tahun belajar di pesantren Bangil kemudian KH. Zarkasyi
melanjutkan pendidikannya dengan pergi ke Makkah untuk berguru kepada KH.
Abdul Karim Banten Jawa Barat (Beliau adalah paman Syaikh Nawawi Banten),
ilmu yang diperoleh adalah Ilmu Thoriqoh yang dikenal dengan Thoriqoh
Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Sepulang dari Makkah KH. Zarkasyi kemudian
berguru kepada K. Sholeh di Darat Semarang untuk memperdalam ilmu bidang
Syari’at. Di samping menjadi guru dari KH. Zarkasyi, K. Sholeh Darat adalah
juga teman belajar Thoriqoh ketika masih di Makkah.
Setelah bertahun – tahun memperdalam ilmu di berbagai pondok pesantren,
kemudian beliau bermukim di Desa Dunglo, Baledono, Purworejo. Kemudian oleh
Syaikh Sholeh Darat dianjurkan untuk mendirikan masjid di Dukuh Berjan
dengan membekali dua buah batu bata merah. Dan mulai saat itulah berdiri
sebuah masjid yang lambat laun berkembang menjadi sebuah pondok pesantren
sampai saat ini.
Kemudian pada sekitar tahun 1960, Kepala Pondok waktu itu (Bp. Najmuddin)
bermusyawarah dengan para pengurus tentang nama pondok yang lafalnya terdiri
dari lafal jama’ semua. Maka mereka mengambill keputusan merubah nama Pondok
Pesantren menjadi “Maftahul Ulum” atas persetujuan pengasuh (KH. Nawawi).
Pada tahun 1965, sewaktu kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Nawawi, bin KH.
Shiddieq bin KH. Zarkasyi, nama pondok pesantren diganti dengan nama “
Roudlotut Thullab “ yang berarti Taman Pelajar atau Taman Siswa, dan
kemudian pada tanggal 7 Januari 1996, bertepatan dengan tanggal 16 Sya’ban
1416 H, kembali diganti menjadi “ An – Nawawi “ seperti yang kita kenal
sekarang ini.
Nama terakhir ini dipilih, karena 2 (dua) alasan pokok, yaitu :
Pertama, dalam rangka tafaulan (mengharap barokah) kepada muasis atau
pengasuh ke – tiga pondok pesantren, Al Marhum Al Maghfurlah KH. Nawawi bin
Shiddieq.
Kedua, Sebagai tonggak sejarah bahwa pada masa KH. Nawawi inilah, sistem
atau metode pengajaran dikenalkan kepada sistem madrasi atau dalam dunia
pendidikan modern dikenal dengan istilah klasikal.
Selain itu, pada tahun 1981, dirintis pula pendirian Pondok Pesantren putri
Al Fathimiyyah (sekarang, Pondok Pesantren Putri An – Nawawi). Dengan kata
lain, selama memimpin pondok pesantren, KH. Nawawi telah berhasil merumuskan
dasar pengembangan (master plan) Pondok Pesantren An – Nawawi.
Dalam sejarah kepemimpinannya, Pondok Pesantren ini sejak awal berdirinya
sampai sekarang telah mengalami 4 (empat) kali estafet kepemimpinan.
a. Periode I (870 – 1917 M)
Periode pertama kepemimpinan pondok pesantren dipegang langsung oleh
pendirinya, yaitu Al Marhum Al Maghfurlah KH. Zarkasyi. Pada masa ini,
sebagaimana layaknya sebuah pondok pesantren, diawali dengan dibangunnya
sebuah surau sederhana terbuat dari bambu. Santri yang mengaji pun masih
terbatas dari lingkungan sekitar. Karena itu, Sistem pendidikan yang
diterapkan masih berkisar pada pokok – pokok dasar ‘Ubudiyyah ( peribadatan
) dan berbagai pengetahuan praktis lainnya, yang diantaranya bersumber pada
kitab Majmu’ Lathoifut Thoharoh, karya gurunya sendiri, Syech Sholeh Darat.
b. Periode II (1917 – 1948 M)
Setelah KH. Zarkasyi wafat, maka kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan
oleh putranya yang bernama KH. Shiddieq. Sejalan dengan kedudukan beliau
yang bukan hanya sebagai pengasuh pondok pesantren, akan tetapi juga dikenal
sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, maka keberadaan
pondok pesantren (Waktu itu masih Miftahul Huda) lambat laun mulai
berkembang dan juga semakin banyak pula santri yang datang dari luar daerah
untuk berguru kepada beliau KH. Shiddieq.
c. Periode III (1948 – 1982 M)
Pada kepemimpinan periode ketiga pondok pesantren dipimpim oleh salah
seorang putra KH. Shiddieq, yang bernama KH. Nawawi.
Semenjak kecil, KH. Nawawi hidup dan dibesarkan dalam lingkungan pondok
pesantren. Beberapa pondok pesantren tempat beliau berguru antara lain :
1. Pondok Pesantren Termas Kediri,
2. Pondok Pesantren Lirboyo Kediri,
3. Pondok Pesantren Darus Salam Watucongol Magelang,
4. Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta,dan
5. Pondok Pesantren lain di Jawa.
Disamping meneruskan pondok pesantren yang diwariskan ayahandanya, semasa
hidupnya KH. Nawawi juga tidak pernah absen dalam kancah perjuangan bangsa,
baik sebelum maupun setelah diproklamirkannya kemerdekaan. Sebelum
kemerdekaan beliau dikenal sebagai komandan Laskar Hizbullah Purworejo, dan
setelah kemerdekaan beliau dikenal aktif dalam berbagai organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan. Organisasi tersebut antara lain :
1. Sebagai Ketua Tanfidziyah NU Cabang Purworejo
2. Sebagai Ketua MUI Kabupaten Purworejo
3. Sebagai Pengurus Pusat Thoriqoh Qodiriyyah / Naqsyabandiyyah
Selama kurang lebih 33 tahun memimpin pondok pesantren, KH. Nawawi berhasil
menetapkan dasar–dasar pengembangan pondok pesantren, yaitu :
a.    Diadakannya perubahan nama pondok pesantren dari “Miftahul Huda“
menjadi “Roudlotut Thullab“ pada tahun 1965.
b.    Dibukanya Pondok Pesantren Putri Al Fatimiyyah (Sekarang Pondok
Pesantren Putri An – Nawawi)
c.    Dimulainya pengajaran dengan menggunakan sistem madrasi atau klasikal
d.    Dibukanya lembaga pendidikan formal, yaitu : Pendidikan Guru Agama
(PGA), dan saat ini telah berubah menjadi SLTP Islam Berjan.
d. Periode IV (1982 – sekarang)
Tahap demi tahap perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh Pondok
Pesantren semakin nampak, dan selama ini pergantian estafet kepemimpinan
tidak mengalami hambatan. Maka sejak sepeninggal beliau KH. Nawawi pada
tahun 1981, estafet kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan oleh salah
satu putranya yang bernama KH. Achmad Chalwani.
Sebagaimana ayahandanya, sebelum melanjutkan estafet kepemimpinan, beliau
juga dibesarkan dan dididik dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren
lainnya, disamping itu juga mendapatkan bekal pendidikan formal.
Pondok pesantren – pondok pesantren tersebut antara lain :
1. Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.
2. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo Kediri, dan
3. Pondok Pesantren – Pondok Pesantren lainnya.
Dalam periode inilah perkembangan pondok pesantren an-Nawawi berkembang
pesat dan kemasyhurannya semakin terkenal dimana-mana, hal ini terbukti
dengan semakin banyaknya santri yang datang untuk mondok yang berasal dari
berbagai daerah, baik dari dalam pulau jawa maupun luar pulau jawa dan
bahkan ada yang datang dari luar negri, seperti malaysia.
Sebagai pemegang pimpinan tinggi di Pondok Pesantren, KH. Achmad Chalwani
menyadari betul bahwa tujuan besar, luhur dan mulia yang dirintis oleh para
pendahulunya, adalah merupakan amanat yang wajib dibina dan dikembangkan,
serta diupayakan peningkatan selaras dengan perkembangan zaman dengan tidak
meninggalkan ciri khas pesantren salafiyahnya. Hal ini dimaksud agar
keberadaan pondok pesantren dan peranannya di masa kini dan yang akan datang
akan mampu berbuat lebih banyak serta dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar bagi peningkatan martabat hidup masyarakat disekitarnya.
Disamping itu pengiriman da’I diberbagai daerah minus, berbagai majlis
ta’lim dan selapanan senantiasa terus dilaksanakan dan dikembangkan.
Peristiwa penting yang terjadi pada periode ini adalah dirubahnya nama
Pondok Pesantren “ Roudlotut Thullab “ menjadi Pondok Pesantren “An –
Nawawi” pada tanggal 6 januari 1996 M, yang bertepatan dengan tanggal 16
Sya’ban 1416 H. Dalam rangka memperkuat dasar – dasar pengembangan yang
telah dirumuskan pendahulunya, KH. Achmad Chalwani memisahkan program
pengembangan dalam beberapa bidang sebagai berikut :
1) Bidang Organisasi dan Managemen
Organisasi dan managemen pengelolaan adalah faktor yang amat menentukan bagi
perkembangan dan masa depan pondok pesantren secara umum. Karena itu, maka
pada periode keempat ini telah dirintis beberapa langkah yang mengarah
kepada terlaksananya tertib organisasi dan managemen modern. Beberapa
kemajuan bidang ini, antara lain :
a.    Pondok Pesantren mendirikan yayasan yang telah disahkan Akta
Pendiriannya dan diberi nama “ Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren
Roudlotut Thullab Berjan “ yang disingkat dengan nama YASPENDO, yakni sebuah
yayasan yang membawahi seluruh unit pendidikan formal maupun perekonomian
yang diselenggarakan.
b.    Melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan No. 031/SK.YASPENDO/XII/1995,
tanggal 31 Desember 1995 M. / 9 Sya’ban 1416 H., ditetapkan untuk
mempergunakan nama An – Nawawi dalam setiap produk lembaga yang bernaung di
bawah yayasan. Keputusan ini berlaku efektif sejak tanggal 7 Januari 1996 M.
/ 17 Sya’ban 1416 H, dan peresmiannya ditandai dengan pembukaan selubung
papan nama pondok pesantren putra oleh Bupati KDH Tk II Purworejo, Drs.
Goernito.
c.    Dirumuskannya sistem keuangan tunggal ( Mono Cash ), khusus bagi unit
– unit pendidikan. Sementara untuk koperasi, mengingat keterkaitannya dengan
dunia usaha pada umumnya, maka diberikan wewenang penuh mengelola keuangan
sendiri, tetapi wajib memberikan laporan perkembangan perbulan.
2) Bidang Pendidikan
Pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren An –
Nawawi, secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bidang, yang meliputi :
a) Pendidikan Madrasah (Diniyyah)
Pendidikan Madrasah (Diniyyah) dibuka sejak tahun pelajaran 1962, dan
mendapatkan piagam madrasah dari Departemen Agama RI, nomor :
Wk./5.e/909/Pgm/MD/1987, tertanggal 03 september 1987, yang ditanda tangani
oleh Bapak A. Sunaryo,SH. Adapun madrasah yang diselenggarakan oleh Pondok
Pesantren An-Nawawi adalah sebagai berikut :
1.    Madrasah Diniyyah Ulya Banin / Banat An – Nawawi,
2.    Madrasah Diniyyah Wustha Banin / Banat An – Nawawi
3.    Madrasah Diniyyah Awaliyyah Banin / Banat An – Nawawi
b) Pendidikan Formal (Umum)
Pendidikan Formal yang telah diselenggarakan, yaitu :
1.    Madrasah Tsanawiyyah (MTs) An – Nawai 01 Berjan, dibuka sejak tahun
pelajaran 1995 / 1996
2.    Madrasah Tsanawiyyah (MTs) An – Nawawi 02 Salaman di Purwosari
Salaman Magelang, dibuka sejak tahun pelajaran 2000 / 2001.
3.    Madrsah Aliyyah An-Nawawi Berjan, dibuka sejak tahun pelajaran
2000/2001, Program Madrasah Aliyyah Keagamaan (MAK), dan Program Madrasah
Aliyyah Umum (MAU)
4.    Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi (STAIAN) Berjan, dibuka sejak
tahun pelajaran 2001/2002, Fak. Syari’ah, Prodi : Muamalah (Ekonomi Islam)
dan Ahwalus Sykhsyiyah (Hukum Perdata Islam).
3) Bidang Perekonomian
Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, menyadari bahwa kemandirian
dalam bidang perekonomian akan menduduki peran strategis dalam setiap
aktifitas maupun keputusan yang ditetapkan. Dalam kaitan itu, maka
dikembangkanlah pola hidup ber-koperasi dikalangan santri. Kebijakan ini
secara bertahap diharapkan akan menjadi Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP),
yang diharapkan akan mampu menopang kebutuhan operasional pondok pesantren.
Koperasi pondok pesantren (kopontren) An-Nawawi Berjan didirikan pada
tanggal 23 mei 1995 dan saat ini mengelola unit-unit usaha, yaitu :
1.    Unit Waserda
2.    Unit Wartel
3.    Unit BMT
4.    Unit Cuci Mobil dan Tambal Ban (dalam penyelesaian)
4) Bidang Sarana dan Prasarana
1.    Dua unit asrama putri, masing-masing 2 (dua) lantai.
2.    Satu unit asrama putra, 3 (tiga) lantai
3.    Dua unit gedung pendidikan, masing-masing 2 (dua) lantai, satu masih
dalam tahap penyelesaian
4.    Satu unit gedung penginapan/peristirahatan tamu
5.    Satu unit gedung koperasi, 2 (dua) lantai
6.    Satu unit gedung thoriqoh, 2 (dua) lantai
7.    Membeli 4 (empat) bidang tanah seluas + 11.500 M2, yang diperuntukkan
bagi pembangunan program jangka panjang.
Di tengah kesibukannya mendidik dan membimbing para santrinya, KH. Achmad
Chalwani masih menyempatkan diri untuk terjun langsung dalam kegiatan dakwah
dimasyarakat. Kegiatan aktif dimasyarakat yang telah aktif berjalan, antar
lain :
a)    Khataman Khuwajikan dan Tawajjuhan, diadakan setiap hari selasa pagi
b)    Khataman khuwajikan, diadakan setiap hari jum’at
c)    Pengajian rutin sewelasan, diadakan setiap tanggal sebelas bulan
Qomariyyah
d)    Pengajian rutin selapanan ahad wage, diadakan setiap hari ahad wage.
Keempat kegiatan ini dilaksanakan di Komplek Pondok Pesantren An-Nawawi
Berjan
e)    Pengajian rutin selapanan Senin Pon, diadakan setiap 36 hari sekali
pada hari Senin Pon, secara bergilir di Wilayah Kabupaten Purworejo
f)    Pengajian rutin selapanan Sabtu Pon, diadakan setiap 36 hari sekali
pada hari Sabtu Pon, secara bergilir di Wilayah Kabupaten Kebumen
g)    Pengajian rutin selapan Kamis Legi, diadakan setiap 36 hari sekali
pada hari Kamis Pon, di Masjid Kauman Salaman Magelang.
h)    Kegiatan rutin ziarah Makam Auliya’ / ‘Ulama dan Pejuang secara rutin
tiap tahun.
i)      Pengiriman juru dakwah ke daerah-daerah minus, termasuk pengiriman
da’i Romadlon ke Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu, beliau juga di kenal aktif dalam beberapa organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan, antar lain :
a)    Sebagai Rois Syuriyyah Pengurus Cabang Nahdlotul Ulama Kabupaten
Purworejo
b)    Sebagai Rois Syuriyah Idaroh Syu’biyyah Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al
Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Kabupaten Purworejo
c)    Sebagai anggota Idaroh Wustho Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh
An-Nahdliyyah Propinsi Jawa Tengah
d)    Sebagai anggota Idaroh Aliyyah Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh
An-Nahdliyyah
e)    Sebagai anggota Pengurus Pusat Thoriqoh Qodiriyyah / Naqsyabandiyyah