Monday 8 March 2010

My Ambition

Dalam menjalani hidup sudah selayaknya setiap manusia mempunyai sebuah cita-cita yang diangankan sejak kecil. Begitu pula dengan Irwan sebutan nama yang sering dilontarkan untuk saya. Pernah suatu ketika pada masa kanak-kanak saya mempunyai sebuah cita-cita untuk menjadi seorang Polisi, namun dalam perkembangannya ternyata profesi itu cukup rawan dalam pandangan saya. Dalam artian penuh resiko bukan cuma di dunia saja melainkan di akhirat. Saya ingat sabda Nabi yang mengatakan :


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ... او كما قال

Yang kurang lebih artinya : “setiap kalian adalah pengembala, dan setiap kalian akan ditanya atas apa yang kalian gembalakan”

Hadis diatas merupakan pengingat bahwa kita sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini harus senantiasa menjaga amanah, yakni semua apa yang telah diberikan kepada kita, kita harus bersyukur dan mempergunkan sebagaimana fungsinya termasuk anggota tubuh kita.

Namun bukan berarti profesi selain polisi tidak menanggung resiko, hanya saja profesi Polisi menurut pendapat saya terlalu tidak sesuai dengan hati nurani. Dalam perkembangannya saya mengalami kevacuman dalam bidang keilmuan dan organisasi yang luar bisaa pada saat duduk di bangku MTS, kehidupan saya hanya sekedar berangkat sekolah tanpa ada kegiatan ekstra yang lain, seperti Osis, Pramuka dan kegiatan-kegiatan yang lain. Memang pada saat itu masa-masa yang paling menjenuhkan dalam kehidupan saya.

Selang beberapa tahun saya memasuki bangku SMA/MA kehidupan saya tidak serta merta langsung berubah, namun melalui beberapa proses panjang. Diantara motivasi saya adalah saya selalu teringat tauziyah yang disampaikan oleh guru saya yakni KH. Achmad Chalwani Nawawi, menjelaskan sebuah hadis yang pernah dikutip oleh Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin Juz awal :

وَمَا أُتِيَ العَالِمُ عِلمًا اِلاَّ وَهُوَ شَابٌ... او كما قال

Yang kurang lebih artinya : “dan seorang alim tidak akan diberi ilmu kecuali ketika ia masih muda”.

Sejak saat itu kemudian aku sejenak berfikir dan aku harus mengubah hidup saya agar lebih baik. Sebenarnya saya berkeinginan untuk masuk Osis pada waktu itu, namun ternyata tidak ada kesempatan bagi saya. Hanya kemudian saya berinisiatif untuk menekuni dunia Pramuka hingga kemudian akhirnya saya ditunjuk untuk menjadi Dewan Ambalan pada waktu itu. Mulai dari sanalah saya berproses yang Alhamdulillah lantas saya bisa berkembang dalam hal organisasi.

Karena jasa pramuka saya sempat pernah dikirim ke Cibubur mengikuti Pramuka Santri Nusantara mewakili Purworejo bersama teman-teman saya. Sejak saat itu terlintas olehku bahwa ternyata kehidupan tidak seberat yang aku pikirkan sebelumnya. Jika kita berusaha maka disitu Allah akan kasih jalan, karena hakikatnya dunia ini hanya merupakan sarana untuk menuju akherat, senada dengan hadis nabi yang mengatakan :

الدنيا مزرعة الاخرة

Dunia adalah ladang bagi akhirat



Maka bisa ditarik benang merah jika kita melakukan amal di dunia dengan niat untuk akhirat maka kita akan mendapatkan kedua-duanya, namun sebaliknya jika kita beramal hanya untuk dunia saja maka dunialah yang semata-mata kita peroleh. Seperi halnya jika kita menanam padi maka secara otomatis rumput akan tumbuh sendiri tanpa kita tanam, namun jika kita hanya menanam rumput mustahil akan tumbuh padi.

Hari ini saya telah duduk sebuah Perguruan Tinggi Islam Swasta yakni STAI An-Nawawi, maka paradigma berfikir saya harus sudah berubah dari yang dulu. Ketika masa kecil saya pernah bercita-cita menjadi Polisi, sekarang saya tidak memaknai sebuah cita-cita dengan makna sempit dan parsial seperti dahulu, menurutku cita-ita tidak terbatas pada profesi atau pekerjaan apapun. Karena cita-cita adalah sebuah harapan, angan-angan dan impian sebagai motivator untuk menjadi lebih baik.

Yang menjadi cita-citaku sekarang ini hanyalah bagaimana aku harus menjadi orang baik yang professional dibidangnya. Maka semua saya serahkan kepada Allah terserah Allah yang meletakkan saya dimanapun, namun yang penting dimanapun saya berada saya harus menjadi orang baik yang sukses dibidangnya. Karena sebenarnya manusia yang mulia di hadapan-Nya adalah orang yang paling bertaqwa, sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 :

 ••           •      •   

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Maka sekali lagi cita-cita bagi saya bukanlah hanya sekedar mempunyai sebuah profesi saja. Namun cita-cita adalah sebagai pendobrak kemajuan diri, agama dan bangsa. Diakui atau tidak islam atau lebih khusus NU sebagai organisasi yang kita anut sekarang mengalami kemunduran yang sangat luar bisaa. Maka sudah saatnya kita mengubah pradigma berfikir kita bukan hanya memikirkan diri kita harus menjadi apa, namun harus berfikir kita itu nanti akan berbuat apa untuk agama dan bangsa kita. Tidak mustahil bangsa kita akan hancur kalau kita memaknai sebuah cita-cita hanya dalam batasan profesi karena profesi bisa dibeli dengan uang, jika begitu maka tunggulah kehancurannya, wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Coment..