Monday 31 January 2011

SRTATEGI PENDEKATAN DIRI MENUJU KERIDHAAN ALLAH

SRTATEGI PENDEKATAN DIRI
MENUJU KERIDHAAN ALLAH

Karya Tulis

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tasawuf
Dosen pengajar: Drs. H. M. Ghufran Faqih, MSI.



Oleh:
IRWAN SYAHIDIN
Nim. 01.06.00185




Program Studi Syariah Muamalah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN-NAWAWI
PURWOREJO
2009

Dalam upaya mendekatkan diri kepada allah banyak sekali jalan yang ditempuh oleh orang-orang awam. Namun berbeda dengan kaum sufi, mereka menggunakan methode mensucikan diri lahir batin dalam suatu pendidikan etika (budi pekerti) dengan menempuh jalan atas dasar didikan tiga tingkatan yang dinamakan TAKHALLI, TAHALLI, dan TAJALLI.
Cara yang ditempuh ahli sufi ini sangatlah berat jika digunakan oleh setiap orang, metode tersebut hanya bisa dipakai oleh golongan-golongan tertentu yang benar-benar bersih hatinya,untuk orang-orang awam cara yang pertama yang harus dilakukan adalah ia harus mengetahui atau mengenal Siapa dirinya,Apa tujuan hidupnya, dan Untuk apa berada dimuka bumi ini? Jika semua itu sudah dapat dilalui maka cara berikutnya adalah Pendidikan Rohani.
Dalam proses pendidikan rohani ini pelan-pelan kita buka hijab yang membatasi diri dengan allah swt dengan cara perbaikan akhlak,sabar,syukur, dan ridho bilaqoda. Setelah semua proses tersebut selesai maka naik ketingkat selanjutnya adalah tingkatan kaum sufi yaitu Takhalli, Tahalli, dan Tajalli.

A.    TAKHALLI
Takhalli adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela (kotoran hati), dengan kata lain Takhalli adalah pengosongan diri dari sifat-sifat tercela. Sebagaimana firman Allah swt., dalam al-Quran surat al-Syam: 9-10:
s% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ
Artinya:  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,  Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Adapun sifat-sifat yang mengotori jiwa atau hati adalah hasad, haqat, su’uzdan, kibir, ujub, riya’, summa, bakhun, hubbul mal, tafahur, ghodab, ghibah, namimah, khizib, dan khianat.
Dari sifat-sifat tersebut diatas masih ada banyak sifat-sifat yang berbahaya yaitu maksiat bathin. Maksiat bathin adalah maksiat yang selalu ada dalam bathin manusia yang tidak bisa terlihat dan tidak disadari yang lebih lagi paling sukar untuk dihilangkan. Oleh karena itu dalam proses ini ditekankan untuk membuang sifat-sifat tercela yang ada pada hati sebersih-bersihnya tanpa meninggalkan sisa satupun.

B.     TAHALLI
Tahalli adalah mengisi diri dengan sifat-sifat terpiji (menyinari hati) agar hati yang kosong tadi menjadi terang dan bersih karena hati yang demikian itulah yang dapat menerima pancaran nur cahaya tuhan, sifat tersebut dinamakan sifat terpuji oleh kaum sufi. Dan menurut imam al-Ghazali dalam kitab “arbain fi ushulid-din” maka sifat-sifat tersebut antara lain, taubat, khouf (taqwa), ikhlas, syukur, zuhud, sabar, ridha, tawaqul, mahabbah, zdikrul maut.
Maka apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya setelah dibersihkan dengan sifat-sifat terpuji itu maka hati manusia itu menjadi cerah dan terang, hati yang sudah bersih dan terang dapat menerima cahaya dari sifat-sifat terpuji itu.
Namun dalam pada itu, dalam proses mengisi diri (tahalli) diperlukan juga mendekatkan diri kepada Allah swt., agar hati benar-benar mantap dan yakin seyakin-yakinnya. Dalam pendekatan diri kepada Allah swt., perlu tanjakan-tanjakan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi. Seperti yang dilakukan oleh kaum sufi. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh kaum sufi merupakan kesempurnaan agama islam, hal-hal tersebut adalah :



  1. Syariat
Syari’at mempunyai arti memulai atau menandai, menurut istilahiyahnya syari’at dapat diartikan “berpegang teguh pada agama Allah sang pencipta, melakukan perintah dan menjahui laranganNya”. Atau dengan kata lain Syariat dapat diartikan sebagai suatu peraturan-peraturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunnah, Menurut ahli shufi, bahwa syariat itu baru merupakan tingkat pertama dalam menuju jalan kepada keridaan Allah.
Untuk mencapai tingkatan selanjutnya (Tharikat, Hakikat kemudian ma’rifat) harus melalui proses ini. Tarikat tidak akan tercapai kecuali dengan menjalankan Syari’at terlebih dahulu.
Dalam tingkatan ini seorang muslim haruslah menjalankan segala aturan aturan syar’i yang diantaranya hukum hukum ibadah, mu’amalah, dan akidah (kepercayaan).

  1. Tarekat
Tharikat berarti jalan, dalam bahasa Indonesia Tharikat diartikan sebagai jalan menuju kebenaran, cara atau aturan aturan hidup dan persekutuan persekutuan para penuntut ilmu Tasawuf. Adapun yang dimaksud disini Tharikat dari sudut pandang istilah yaitu suatu jalan menuju kebenaran hakiki yang banyak dikenal para ahli sufi dengan melalui dzikir kepada Alloh atau mengingat nama Tuhan sebanyak banyaknyadengan berpegang pada kehati-hatian, seperti perilaku  wira’i, dan juga menahan keadaan yang berat, seperti terus menerus mengekang hawa nafsu kesenangan.
Sistem ini (tarikat) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya dapat mengenal dan merasakan adanya tuhan, dalam keadaan di mana  seseorang dapat melihat tuhan dengan mata hatinya. Ibadah dalam konteks tarekat ini berarti bahwa semua ibadah yang dilakukan itu harus benar-benar bertujuan untuk bertaqwa kepada Allah, akan tetapi bukan bertaqwa dalam pengertian syariat saja. Tapi mengerjakan perintah Allah dan menjahui larangannya dengan sesungguhnya. Untuk menjadi pegangan bagaimana jalan yang seharusnya ditempuh untuk mencapai ridho Allah, kita dapat lihat pada firman Allah:
@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
Artinya; Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi: 110).

  1. Hakikat
Hakikat secara bahasa berarti dasar. Hakikat mempunyai kandungan makna yang tidak lepas dari syari’at dan thariqat yaitu substansi dari keduanya. Setelah melalui dua tingkatan sebelumnya maka seorang salik akan sampai masuk pada tingkatan ini dan dengan tidak meninggalkan ketentuan ketentuan awal.
Tarekat dan hakekat adalah dua tingkatan yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dari itu pelaksanaan agama islam, tidak sempurna jika tidak dikerjakan ke-empat-empatnya, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Gamabaranya syariat merupakan peraturan, tarekat merupakan pelaksanaan, hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan tuhan yang sebenar-benarnya. Dalam sebuah hadits yang artinya: “laki-laki itu berkata pada nabi saw.: ”ceritakan padaku tentang Ihsan” nabi berkata: ihsan ialah menyembah tuhanmu seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihatmu.”...HR. Muslim.
Oleh karena itu, jika seseorang dalam shalat tidak ada sama sekali kehadiran hatinya kepada Allah, maka dalam ilmu tasawuf dianggap shalatnya itu tidak sah.

  1. Ma’rifat
Ma’rifat diartikan sebagai tujuan pokok yang menjadi substansi dari ketiga maqam sebelumnya. Intinya yaitu mengenal Allah yang sebenar-sebenarnya.
Ma’rifat berhubungan langsung dengan hakikat dalam mencapai tujuannya yang terakhir kederajat yang dekat dengan Allah swt., Jadi tempat yang digunakan untuk melihat, mengenal dan ma’rifatullah adalah dengan menggunakan qalbu. Yang perlu kita garis bawahi ma’rifat ini hanya diberikan kepada orang-orang sufi saja yang benar-benar sudah bersih dan murni dari sifat-sifat yang tercela.

C.    TAJALLI
Tajalli adalah memperoleh kenyataan setelah dua proses diatas selesai dilalui yakni takhalli dan tahalli, maka sempurnalah proses pendekatan diri pada Allah swt., dan insya Allah mendapatkan ridha allah swt., dalam segala hal-hal yang positif dan yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri atau orang lain.
Dengan demikian kita yakin bahwa di dunia ini tidak ada yang berkuasa atas apapun kecuali Allah swt., oleh karena itu jika kita sampai kufur atau ingkar kepadanya maka tidaklah pantas. Karena kita adalah makhluk yang lemah dan selalu membutuhkan orang lain.

1 comment:

Coment..